Friday, June 10, 2011

Kisah Nabi dan Pengemis


Sebagai manusia, kita tidak akan terlepas daripada hasad dengkin, iri hati dan cercaan dari orang lain. Kadangkala hati yang lalai ini pasti merasa marah dan berdendam dengan mereka. Sebelum kita meneruskan marah kita, mari kita renungi bagaimana sifat nabi dengan pengemis Yahudi ang selalu menfitnahnya...bagaimana? Mahu berdendam lagi? Mari sama- sama renungkan...

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiapharinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahaisaudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka

kalian akan dipengaruhinya”.

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan

membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahawa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RAberkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan

merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,

“Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”. Aisyah RA menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja”.

Apakah Itu?”, tanya Abubakar RA.

“Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi kehujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di

sana”, kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil mengherdik, “Siapakah kamu ?”.

Abubakar RA menjawab, “Aku orang yang biasa.”

“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, bantah si

pengemis buta itu.

“Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak

susah mulut ini mengunyah.

Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebihdahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku”,

pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil

berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW”.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan

Abubakar RA, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian?

Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah

memarahiku sedikitpun, dia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia….

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA.

Saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq

Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya berniat untuk meneladani beliau?

Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq. Kalaupun tidakbisa kita meneladani beliau seratus peratus, alangkah baiknya kita

berusaha meneladanisedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya.

No comments:

Post a Comment