Ada dua cinta yang hakiki dan tak pernah luntur, iaitu cinta Allah kepada hamba-Nya dan cinta ibu terhadap anaknya. Namun keduanya memiliki nilai berbeza.
Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas. Hakikat dan besarnya cinta itu tidak boleh dipersamakan dengan kasih sayang sesiapa pun. Allah SWT berfirman, ”Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS Al-A’raf [7]:156).
Untuk memberikan gambaran kepada umat tentang kasih sayang Allah, Rasulullah mengibaratkan bahawa kasih sayang Allah itu berjumlah seratus, sembilan puluh sembilan disimpan manakala satu bahagian lagi dibahagi-bahagikan kepada seluruh manusia. Dengan satu bahagian itu saja, segala keperluan makhluk sudah mungkin mencukupi.
1.Al-Quran
Ada beberapa bukti nyata daripada bukti-bukti tentang besarnya cinta Allah kepada manusia. Bukti cinta yang pertama adalah diturunkannya Al-quran. Allah SWT, Al Khaliq tidak membiarkan kita berada dalam kebingungan dalam menjalani hidup. Dia menurunkan Al-quran sebagai penuntun hidup kita , agar kita dapat meraih bahagia di dunia dan akhirat. Firman-Nya, ”Kitab ini tidak ada keraguan padanya; (merupakan) petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS Al Baqarah [2] : 2).
Dalam ayat lain difirmankan pula, ”Sebenarnya Al-quran itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; agar mereka mendapat petunjuk.”(QS As-Sajdah [32]: 3).
2. Rasul
Seterusnya, Allah mengutus para rasul kepada kita. Secara fitrahnya, setiap manusia memerlukan teladan yang boleh dijadikannya sebagai rujukan. Untuk memenuhi keperluan itulah, Allah mengutus para Rasul. Dalam QS Al An’am [6] ayat 48, Allah SWT berfirman, ”Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”. Inilah bukti kecintaan Allah yang kedua. Dia tidak membiarkan manusia berjalan “sendirian”. Dia mengurniakan teman terbaik yang akan menemani manusia menuju jalan kebahagiaan, mengenalkan manusia kepada Tuhannya, sekaligus menjadi model manusia yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Firman-Nya, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS Al Ahzab [33]:21).
Kita yang hidup tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, dapat membuka warisannya berupa hadis dan sunah. Di dalamnya terdapat penjelasan yang terperinci tentang semua ajaran Allah. Ajaran itu adalah yang berisi tentang petunjuk tentang menjalin hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan dengan manusia (hablum
minannas). Di dalamnya kita juga akan mendapat gambaran tentang peribadi mulia Rasulullah SAW sebagai teladan paling baik.
3. Alam Semesta
Seterusnya, Allah menciptakan alam semesta kepada kita. Allah SWT tidaklah menciptakan alam semesta tanpa tujuan. Dia menjadikan semua yang ada di bumi dan di langit untuk memenuhi keperluan manusia. Difirmankan, Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, kemudian Dia menuju langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al Baqarah [2]: 29).
Seluruh hasil yang ada di dalam dan permukaan bumi dihamparkan untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Tidak ada satu pun makhluk di alam ini yang tidak bermanfaat. Allah telah menciptakan alam dengan sangat sempurna, sehingga manusia dapat hidup di dalamnya dengan nyaman. Perjalanan siang dan malam, rantai makanan antara makhluk hidup sampai pada lingkungan tempat ia hidup, semuanya telah diatur dengan hukum-Nya.
4. Allah Maha Pengampun
Bukti keempat adalah luasnya keampunan Allah SWT. Sebanyak mana pun dosa manusia, Allah pasti akan mengampuninya, asalkan ia betul-betul bertaubat. Allah SWT telah berjanji dalam Al-quran, ”Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS Hud
[11]: 3)
Tangan Allah terbuka setiap saat bagi orang yang hendak bertaubat. Rasulullah SAW bersabda, “Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat keburukan di siang hari bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertaubat. (Ini akan terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah Barat (HR Muslim).
Allah akan mengampuni semua dosa, sekalipun dosanya sepenuh isi bumi, “Wahai manusia, sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi kemudian kamu bertemu Aku dengan dalam kedaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan seisi bumi pula,” demikian bunyi sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.
5. Allah memberi rezeki
Allah adalah Al Razzaq, Maha Pemberi Rezeki. Setiap makhluk diberi-Nya rezeki agar mereka dapat hidup dan beribadah kepada Allah SWT. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak diberi rezeki, termasuk manusia. Firman-Nya, Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)’. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS Saba [34]: 39).
Demikian pula makhluk yang lain. ”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).” (QS Hud [11]: 6)
Inilah tanda bukti cinta Allah yang kelima. Setiap kita telah diberi baghagian rezeki masing-masing. Yang perlu dilakukan adalah berikhtiar mencari rezeki itu. Allah memberi kasih sayang-Nya yang tak terbatas agar kita bersyukur. Dan syukur yang paling utama adalah mengabdi dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.
*Wallahu a’lam*.
No comments:
Post a Comment